A. PENDEKATAN POSITIF
1.
Paradigma informasi / ekonomi
Paradigma
informasi/ekonomi mengambil pandangannya melaui berbagai disiplin ilmu,termasuk
teori keputusan, teori permainan, teori informasi dan ekonomi. Beberapa dari
model analitis yang diusulkan memasukkan model teori keputusan, model teori
sindikat, model evaluasi informasi pengambil keputusan, model teori tim, dan
model pengumuman permintaan.
2. Paradigma agensi – analitis
Awal dari paradigma agensi analitis
mengacu pada contoh yang disajikan dalam makalah seminar Coase, di mana ia
pertama kali disebut sebagai hakekat perusahaan dan gabungan antara principal
dan agen. Coase juga memberikan penekanan pada kontrak sukarela yang muncul
antara berbagai pihak organisasi sebagai penyelesaian yang efisien terhadap
berbagai konflik kepentingan. Paradigma ini kemudian mengalami perubahan dengan
memandang perusahaan sebagai suatu “nexus (penghubungan) kontrak” dengan
pernyataan yang dikeluarkan oleh Jensen dan Meckling bahwa perusahaan adalah
“cerita fiksi legal yang berfungsi sebagai nexus dari serangkaian hubungan
kontrak antara para individu.”
3. Teori akuntansi positif
Tujuan utama pendekatan akuntansi
positif adalah untuk menjelaskan, memprediksi pilihan standar oleh manajemen
dengan mengalisis biaya dan manfaat ungkapan keuangan tertentu dalam
hubungannya dengan berbagai individu dan alokasi sumber daya dalam
perekonomian. Teori positif didasarkan pada proposisi bahwa manajer, pemegang
saham, dan regulator/politisi adalah rasional dan mereka berusaha untuk
memaksimumkan utilitas mereka, yang secara langsung terkait dengan kompensasi
mereka, sehingga, terkait dengan kemakmuran mereka. Pilihan kebijakan akuntansi
oleh kelompok‑kelompok ini didasarkan pada perbandingan biaya dan
manfaat relatif prosedur akuntansi altematif dalam suatu cara yang
memaksimumkan utilitas mereka.
4. Evaluasi pendekatan positif
Pendekatan positif melihat pada “mengapa” praktik dan/atau teori
dikembangkan dengan cara tertentu dalam rangka untuk menjelaskan memprediksi
peristiwa akuntansi. Dengan cara seperti itu, pendekatan positif berusaha untuk
menentukan berbagai faktor yang mungkin mempengaruhi faktor‑faktor rasional
dalam bidang akuntansi.
Secara mendasar pendekatan tersebut berusaha untuk menentukan sebuah teori
yang menjelaskan fenomena observasian. Pendekatan positif secara umum dibedakan
dari pendekatan normatif, yang berusaha untuk menentukan sebuah teori yang
menjelaskan “apa yang seharusnya” dan bukan “apa yang sesungguhnya”.
B.
HIPOTESIS PERATAAN LABA
1. Hakikat perataan laba
Gordon menteorikan perataan income
sebagai berikut:
Dalil 1 : Kriterium yang digunakan
oleh manajemen perusahaan dalam memilih di antara prinsip akuntansi adalah
maksimisasi utilitas atau kemakmurannya.
Dalil 2 : Utilitas sebuah manajemen meningkat bersama dengan
(1) keamanan kerjanya, (2) tingkat income dan tingkat pertumbuhan income
manajemen, dan (3) besarya perusahaan dan tingkat pertumbuhan besamya
perusahaan.
Dalil
3 : pencapaian tujuan manajemen yang dinyatakan dalam Proposisi 2 tergantung
sebagian pada kepuasan pemegang saham terhadap kinerja perusahaan; yaitu, jika
hal‑hal lain sama, semakin bahagia pemegang saham, semakin tinggi keamanan,
income, dan sebagainya, dari manajemen
Dalil
4 : kepuasan pemegang saham terhadap sebuah perusahaan meningkat bersama dengan
rata‑rata tingkat pertumbuhan dalam income perusahaan (atau ratarata tingkat
return atas modaInya) dan stabilitas income‑nya. Proposisi ini siap untuk
diverifikasi sebagaimana Proposisi 2.
2. Motivasi perataan
Beidelman mempertimbangkan dua alasan bagi manajemen untuk
meratakan eamings yang dilaporkan yaitu:
-
Argumen pertama didasarkan pada
asumsi bahwa sebuah arus eamings yang stabil merupakan pendukung yang kapabel
bagi sebuah tingkat dividen yang lebih tinggi daripada sebuah arus eamings yang
lebih variabel, memiliki sebuah pengaruh menguntungkan terhadap nilai saham
perusahaan karena turunnya risiko total perusahaan.
Dia
menyatakan: “Sampai tingkat di mana variabilitas yang diobservasi tentang
sebuah tren eamings yang dilaporkan mempengaruhi ekspektasi subjektif investor
atas hasil dari eamings dan dividen yang mungkin di masa depan, manajemen dapat
mempengaruhi secara menguntungkan nilai saham perusahaan dengan meratakan eamings”.
-
Argumen kedua untuk perataan adalah
kemampuan untuk mengatasi sifat siklis eamings yang dilaporkan dan mengurangi
korelasi retum ekspektasian perusahaan dengan retum portofolio pasar.
Dia
menyatakan: “Sampai tingkat di mana auto‑normalisasi eamings berhasil, dan
bahwa pengurangan kovariansi retum dengan pasar diakui oleh investor dan
dimasukkan dalam proses evaluasi mereka perataan akan menambah pengaruh yang
bermanfaat pada nilai saham”.
3. Objek Perataan
Pada dasarnya objek perataan seharusnya didasarkan pada indikasi keuangan
yang paling mungkin dan paling digunakan, yaitu laba. Karena perataan laba
bukanlah suatu fenomena yang terlihat, literatur memperkirakan berbagai bentuk
pernyataan keuntungan sebagai objek perataan yang paling memungkinkan.
Para peneliti memilih indikator laba bersih atau laba per saham sebagai
objek perataan karena keyakinan bahwa perhatian jangka panjang manajemen adalah
terhadap laba bersih dan para pengguna laporan keuangan biasanya melihat pada
angka paling akhir, baik laba maupun laba per saham.
4. Dimensi
perataan
Dimensi‑dimensi perataan pada dasarnya merupakan cara untuk mencapai
perataan angka income. Dascher dan Malcolm membedakan antara perataan riil dan
perataan artifisial sebagai berikut: Perataan riil menunjuk pada transaksi
aktual yang dilakukan atau tidak dilakukan atas dasar pengaruh perataannya
terhadap income, sedangkan perataan artifisial menunjuk pada prosedur akuntansi
yang diimplementasikan untuk memindahkan kos dan/atau revenue dari satu periode
ke periode yang lain.
Di samping
perataan riil dan artifisial, ada dimensi lain perataan yang dibahas dalam
literatur. Sebuah klasifikasi yang populer menambah dimensi perataan yang ke
tiga, disebut, perataan klasifikatori.
5. Variabel
Perataan
Alat
atau instrumen perataan adalah variabel-variabel yang digunakan untuk meratakan
indikator kinerja yang dipilih. Copeland menguraikan lima kondisi yang
diperlukan untuk suatu instrumen pertaan sebagai berikut:
a.
Sekali
digunakan, instrumen tersebut tidak harus membuat perusahaan memiliki komitmen untuk melakukan tindkaan tertentu apa
pun di masa depan.
b.
Intrumen
perataan harus didasarkan pada penerapan pertimbangan profesional dan
diperkirakan dalam wilayah “Prinsip-Prinsip Akuntansi Yang Berlaku Umum”
c.
Instrumen
perataan harus mengarah pada pergerakan yang material secara relatif terhadap
perbedaan pendapatan dari tahun ke tahun.
d.
Instrumen
perataan tidak memerlukan suatu transaksi riil dengan pihak kedua, tetapi hanya
suatu reklasifikasi atau saldo akun internal.
e.
Instrumen
perataan harus digunakan, secara sendirian atau bersama-sama dengan praktik
lainnya, selama suatu periode waktu tertentu.
C. MANAJEMEN LABA
1.
Manajemen laba sebagai
manajemen akrual
Pada dasarnya, definisi operasional dari manajemen laba adalah
potensi penggunaan manajemen akrual dengan tujuan memperoleh keuntungan
pribadi. Hubungan berikut ini adalah hal yang sangat penting untuk dapat
memahami manajemen laba sebagai manajemen akrual.
2. Kesalahan penetapan harga atau
akrual pilihan
Persistensi kinerja laba ternyata bergantung pada besaran
relatif dari kas dan komponen akrual dari laba. Akan tetapi, harga saham
bertindak seakan-akan para investor gagal dalam mengidentifikasi secara benar
sifat-sifat yang berbeda dari dua komponen laba. Pasar dengan salah menilai
terlalu tinggi penentuan komponen arus kas dari akrual laba sekaligus pula
menilai terlalu rendah persistensi dari komponen arus kas. Akrual juga
menunjukkan serangkaian hubungan negatif atau kecenderungan reversi rata-rata.
Hasil akhirnya adalah bahwa pasar merespon seakan-akan terkejut pada saat
pembalikan laba yang sepertinya dapat diramalkan terjadi di tahun berikutnya.
3.
Isu-isu
dalam manajemen laba
a.
Adalah
sangat mudah untuk menduga bahwa manajemen laba bertujuan untuk memenuhi
harapan dari analisis keuangan atau manajemen (yang diwakili oleh peramalan
laba oleh publik).
b.
Terdapat alasan yang baik untuk
memiliki kecurigaan bahwa manajemen laba bertujuan untuk memengaruhi kinerja
harga jangka pendek dengan berbagai cara.
c.
Manajemen
laba berakhir dan dapat bertahan karena informasi yang simetris, suatu kondisi
yang disebabkan oleh informasi yang diketahui manajemen namun tidak ingin
mereka ungkapkan.
d.
Manajemen
laba terjadi dalam konteks suatu kumpulan pelaporan yang fleksibel dan
seperangkat kontrak tertentu yang menentukan pembagian aturan di antara
pemegang kepentingan.
e.
Permainan
laba, atau lebih tepat sebagai permainan laporan laba triwulanan, mungkin
menjadi alasan utama dalam manajemen laba.
f.
Manajemen
laba merupakan suatu hasil usaha untuk melewati ambang batas.
g.
Manajemen
laba dapat berasal dari hasil pemenuhan perjanjian dari kontrak kompensasi
implisit.
h.
Manajemen
laba tumbuh dari ancaman dua bentuk aturan: aturan industri yang spesifik dan
aturan antitrust.
i.
Penilaian
perusahaan secara umum diasumsikan menjadi salah satu sasaran manajemen laba.
j.
Laba negatif secara tibak-tiba
umumnya lebih merugikan daripada revisi ramalan negatif.
D. STATUS AKUNTANSI YANG BERSIFAT PARADIGMA
1. Evolusi
atau revolusi di dalam akuntansi?
Berbagai
pendekatan digunakan untuk memformulasi sebuah teori akuntansi. Berdasarkan
kelebihan dan kelemahan masing‑masing pendekatan, kita dapat mengharapkan bahwa
situasi tersebut akan membawa pada sebuah perdebatan yang bermanfaat dan sebuah
teori akuntansi yang terpadu. Pandangan ini mungkin akan dilajuntukan oleh
semua orang yang percaya bahwa kemajuan dalam akuntansi akan terjadi melalui
akumulasi gagasan‑gagasan atau evolusi. Pandangan seperti itu mensyaratkan
penerimaan sebagian besar pendekatan yang diusulkan sebagai penyumbang
potensial bagi sebuah teori akuntansi yang final, terpadu, atau komprehensif.
Namun
begitu, pandangan yang kuat dan lebih logis, adalah bahwa akuntansi, seperti
sebagian besar ilmu sosial dan ilmu alami, mencapai kemajuan melalui revolusi
bukan evolusi. Gagasan tentang revolusi dalam akuntansi diambil dari karya Kuhn
"The Structure of Scientific Revolutions dan diusulkan, secara
berhasil, dalam Statament of Accounting Theory and Theory Acceptance (SATTA)
yang diterbitkan oleh American Accounting Association (AAA).
2. Akuntansi: suatu ilmu yang multiparadigma
Jika akuntansi berada dalam tahap
krisis, maka menjadi mungkin untuk mengidentifikasi berbagai paradigma yang
sating bersaing. Dengan kata lain, akuntansi adalah sebuah sains
multiparadigmatik, yang masing‑masing saling bersaing untuk menguasai disiplin
akuntansi. Mengikuti definisi Ritzer tentang paradigma, masing‑masing paradigma
akuntansi yang ada akan berisi contoh, teori, dan metodenya sendiri. Secara
lebih spesifik, “masing‑masing paradigma akuntansi yang saling bersaing saat
ini cenderung untuk menspesifikasi domain empiris di mana sebuah teori
akuntansi harus berada”.
Pertanyaan :
1.
Mengapa perlu ada evaluasi pada pendekatan positif? Jelaskan !
2.
Mengapa pada dasarnya objek perataan itu didasarkan pada indikasi yang
paling mungkin dan paling digunakan, yaitu laba ?
TUGAS RESUME
PENDEKATAN POSITIF, PERATAAN LABA , DAN MANAJEMEN LABA
Nama : lukman basir
Nim : 142100143
UNIVERSITA PEMBANGUNAN NASIONAL
VETERAN YOGJAKARTA
2013-2014