
"Ini belum final. Pesawat intai Searcher (MK II) dulu pernah dicoba di Badan Intelijen Strategis (Bais) tapi gagal lalu jatuh. Kita sekarang masih survei mau yang mana. Yang jelas bukan yang dulu (Searcher MK II-red), kita mau tipe yang lebih bagus," kata Juru Bicara Kemenhan, Brigjen Hartind Asrin, saat dihubungi detikcom, Rabu (1/2/2012).
Saat ini, Kemenhan bersama Bais dan TNI AU masih melakukan survei terhadap produk-produk buatan Inggris, Prancis dan Israel. Soal ini, menurut Hartind, TNI-lah yang lebih tahu persis.
"Ini ruang anggaran 2010-2014. Sekarang masih dalam survei, dan mudah-mudahan terealisir pada 2012 ini," papar Hartrind.
Menurutnya, keberadaan UAV di perbatasan sangat diperlukan. Satu sistem membutuhkan 3 pesawat. "Paling tidak kita punya 3 sistem, jadi setidaknya butuh 9 pesawat," sambungnya.
Saat ini sebenarnya Kemenhan memiliki PUNA (Pesawat Udara NirAwak) yang dikembangkan BPPT. Namun pesawat tersebut masih berada di Litbang dan belum dioperasionalkan.
"Belum lulus Litbang," ucap Hartind.
0 komentar:
Posting Komentar