Aset tetap adalah harta kekayaan perusahaan yang digunakan untuk mendukung aktivitasnya agar mencapai tujuan dan target yang diharapkan.
Apakah pertukaran dan penjualan aset tetap diperbolehkan? Jawaban sederhananya “boleh”, sepanjang alasannya tidak bertentangan dengan tujuan perusahaan. Contohnya karena aset tetap tersebut sudah habis masa pemakaiannya, atau perusahaan ingin mengganti yang dengan aset tetap yang kinerjanya lebih baik.
Lalu, bagaimana pengaruhnya terhadap laba rugi? Dan bagaimana cara mencatat transaksi pertukaran dan penjualan aset tetap tersebut? Mari ikuti pembahasan lengkapnya berikut ini…
01: Sekilas Tentang Pertukaran dan Penjualan Aset Tetap
A: Jurnal Akuntansi Pertukaran dan Penjualan Aset
Aset tetap yang sudah tidak lagi berguna dapat:
- dibuang,
- dijual, atau
- dipertukarkan dengan aset tetap lainnya.
Bagaimana jurnal akuntansi untuk mencatat laba rugi pertukaran dan penjualan aset tetap?
Rincian jurnal ayat jurnal untuk mencatat pelepasan tersebut akan berbeda-beda, akan tetapi, dalam semua kasus, nilai buku aset harus dihapus dari akunnya.
Ayat jurnal untuk kepentingan ini akan mendebit akun akumulasi penyusutan sejumlah saldo pada tanggal pelepasan aset dan mengkredit akun aset sebesar biaya asetnya.
Aset tetap tidak boleh dihapus dari akun hanya karena aset tersebut sudah habis disusutkan.
B: Pencatatan Akuntansi Pertukaran Aset Tetap Masih Digunakan
Jika aset masih digunakan oleh perusahaan, biaya dan akumulasi penyusutan atau depresiasi aset tetap tersebut tetap dicatat dalam buku besar.
Tujuan pencatatan itu adalah untuk menjaga akuntabilitas aset dalam buku besar.
Jika nilai buku aset dipindahkan dari buku besar, akun tidak akan menyimpan bukti keberadaan aset yang masih berlangsung.
Selain itu, data biaya dan akumulasi penyusutan atau depresiasi aset tetap tersebut seringkali masih dibutuhkan oleh perusahaan.
Terutama kebutuhan perusahaan untuk keperluan menghitung pajak bumi dan bangunan serta pajak penghasilan (PPh Badan).
Bagaimana jurnal pencatatan akuntansi untuk pelepasan aset tetap baik dijual, ditukar atau dibuang?
Yuk ikuti terus pembahasannya ya… 🙂
02: Jurnal Akuntansi Bila Perusahaan Membuang Aset Tetap
A: Alasan Perusahaan Membuang Aset Tetap
Mengapa perusahaan membuang aset tetap yang dimiliki?
Sebenarnya tidak dibuang begitu saja, tapi itu untuk menyederhanakan istilah saja.
“Loh kok dibuang” iya saat aset tidak lagi berguna untuk perusahaan dan tidak memiliki nilai residu atau nilai pasar, aset tersebut akan dibuang.
Lalu bagaimana proses pencatatan akuntansinya?
B: Contoh Pencatatan Akuntansi Atas Aset yang Dibuang
Untuk memudahkan dan memahami topik ini, saya sajikan beberapa contoh berikut ini.
Perhatikan contoh ilustrasi berikut:
Diasumsikan bahwa peralatan yang diperoleh dengan biaya Rp 25.000.000 telah habis disusutkan per 31 Desember, akhir tahun fiskal sebelumnya.
Ayat jurnal untuk mencatat peralatan yang dibuang pada tangal 14 Februari adalah sebagai berikut:
Jika aset belum habis disusutkan, penyusutan harus dicatat sebelum pemindahan aset tersebut dari penyediaan jasa dan dari catatan akuntansi.
***
Sebagai ilustrasi, diasumsikan bahwa peralatan dengan biaya Rp 6.000.000.
Dan tanpa nilai residu disusutkan dengan tingkat penyusutan garis lurus 10%.
Dan diasumsikan pula bahwa pada tanggal 31 Desember tahun fiskal sebelumnya.
Saldo akumulasi penyusutan setelah ayat jurnal penyesuaian adalah Rp 4.750.000.
Akhirnya, aset tetap tersebut dipindahkan dari penyediaan jasa pada tanggal 24 Maret.
Ayat jurnal untuk mencatat penyusutan selama tiga bulan pada periode berjalan sebelum aset tetap yang dibuang adalah sebagai berikut:
Selanjutnya, peralatan yang dibuang dicatat dengan ayat jurnal sebagai berikut:
Rugi sebesar Rp 1.100.000 dicatat karena saldo akan akumulasi penyusutan (Rp 4.900.000) lebih kecil dari saldo akun peralatan (Rp 6.000.000).
Rugi atas pelepasan aset tetap termasuk dalam pos non-operasi dan biasa dilaporkan di bagian Beban Lainnya di Laporan Laba Rugi.
03: Jurnal Akuntansi Penjualan Aset Tetap
A: Cara Mencatat Penjualan Aset Tetap
Ayat jurnal akuntansi untuk mencatat penjualan aset tetap sama dengan ayat jurnal dalam contoh di atas.
Kecuali kas atau aset lainnya yang diterima juga harus dicatat.
Jika harga penjualan aset tetap lebih besar dari nilai buku aset, transaksi tersebut menghasilkan laba.
Jika harga jual lebih kecil dari nilai buku, berarti mendapat rugi.
Perhatikan contoh ilustrasi berikut ini:
diasumsikan peralatan yang diperoleh dengan biaya Rp 10.000.000 dan tanpa nilai residu.
Disusutkan dengan tingkat penyusutan garis lurus tahunan 10%.
Peralatan / penjualan aset tetap secara tunai pada tanggal 12 Oktober setelah delapan tahun penggunaan.
Saldo akun akumulasi penyusutan per 31 Desember tahun sebelumnya adalah Rp 7.000.000.
Ayat jurnal untuk mencatat penyusutan selama sembilan tahun pada tahun berjalan adalah sebagai berikut:
Setelah penyusutan berjalan dicatat, nilai buku aset menjadi sebagai berikut:
= Rp 10.000.000 – Rp 7.750.000
= Rp 2.250.000
B: Cara Mencatat Penjualan Aset Tetap Harga Berbeda
Ayat jurnal untuk mencatat penjualan aset tetap, jika diasumsikan terdapat tiga harga jual yang berbeda adalah sebagai berikut:
(a): Jurnal Akuntansi Penjualan Aset #1:
Aset tetap dijual pada nilai buku dengan harga Rp 2.250.000. Tidak ada laba atau rugi.
Maka cara mencatat jurnal transaksi tersebut adalah sebagai berikut:
(b): Jurnal Akuntansi Penjualan Aset #2:
Aset tetap dijual di bawah nilai buku dengan harga Rp 1.000.000. Rugi sebesar Rp 1.250.000
Maka atas transaksi penjualan aset tetap tersebut perusahaan akan melakukan pencatatan jurnal akuntansi sebagai berikut:
(c): Jurnal Akuntansi Penjualan Aset #3:
Aset tetap dijual di atas nilai buku dengan harga Rp 2.800.000. Laba sebesar Rp 550.000
Maka perusahaan akan mencatat jurnal transaksi penjualan aset tetap yang menghasilkan laba adalah sebagai berikut:
Perhatikan satu contoh lagi berikut ini:
Peralatan yang diperoleh pada awal tahun dengan biaya Rp 91.000.000.
Disusutkan dengan menggunakan metode garis lurus berdasarkan estimasi masa kegunaan sembilan tahun.
Dan estimasi nilai residu sebesar Rp 10.000.000.
Dari data-data tersebut maka dapat dihitung:
Jumlah penyusutan untuk tahun pertama:
= (Rp 91.000.000 – Rp 10.000.000) : 9 = Rp 9.000.000
Diasumsikan peralatan dijual pada akhir tahun kedua dengan harga sebesar Rp 78.000.000, laba atau rugi atas penjualan peralatan tersebut adalah:
Laba:
= Rp 78.000.000 – (Rp 91.000.000 – (Rp 9.000.000 X 2)
= Rp 5.000.000
Ayat jurnal untuk mencatat penjualan peralatan tersebut adalah sebagai berikut:
04: Jurnal Pertukaran Aset Tetap yang Serupa
A: Pengertian Pertukaran Aset Tetap
Peralatan yang lama seringkali dipertukarkan dengan peralatan baru dengan kegunaan yang serupa, dalam hal ini, penjual memperbolehkan pembeli menentukan harga untuk peralatan lama yang dipertukarkan.
Jumlah ini, disebut penyisihan pertukaran (trade in allowance), dapat menjadi lebih besar atau lebih kecil dari nilai buku peralatan yang lama.
Sisa saldo, jumlah yang terutang, dapat dibayarkan dengan uang tunai, atau dicatat sebagai kewajiban. Jumlah ini biasanya disebut boot dalam bahasa Inggris.
B: Laba atas Pertukaran Aset Tetap
Laba atas pertukaran aset tetap yang serupa tidak diakui untuk keperluan pelaporan keuangan.
Laba atas pertukaran aset tetap yang serupa diakui jika kas diterima. Hal ini didasarkan pada teori bahwa pendapatan berasal dari produksi dan penjualan barang yang diproduksi oleh aset tetap, dan bukan dari pertukaran aset tetap yang serupa.
Saat penyisihan pertukaran melebihi nilai buku aset yang dipertukarkan dan tidak ada laba yang diakui.
Maka biaya yang dicatat untuk aset baru dapat ditentukan sengan satu dari dua cara sebagai berikut:
***
Sebagai ilustrasi, diasumsikan pertukaran sebagai berikut:
Biaya yang dicatat untuk peralatan baru:
Ayat jurnal untuk mencatat pertukaran tersebut dan pembayaran kas adalah sebagai berikut:
Tidak mengakui laba sebesar Rp 300.000 (penyisihan pertukaran Rp 1.100.000 dikurangi nilai buku Rp 800.000)
Pada saat pertukaran mengurangi beban penyusutan masa mendatang.
Yaitu beban penyusutan untuk peralatan baru akan dibuat berdasarkan biaya Rp 4.700.000, bukannya harga katalog Rp 5.000.000.
Pengaruhnya adalah laba yang tidak diakui sebesar Rp 300.000 akan mengurangi jumlah beban penyusutan selama masa kegunaan peralatan sebesar Rp 300.000.
C: Rugi atas Pertukaran Aset Tetap
Untuk keperluan pelaporan keuangan, rugi atas pertukaran aset tetap yang serupa diakui jika penyisihan pertukaran lebih kecil daripada nilai buku peralatan yang lama.
Saat terjadi rugi, biaya yang dicatat untuk aset baru harus merupakan harga pasar (harga katalog).
Perhatikan contoh proses pencatatan jurnal akuntansi berikut ini:
Di-asumsikan data-data berikut ini:
Ayat jurnal akuntansi untuk mencatat kerugian pertukaran aset tetap tersebut adalah sebagai berikut:
D: Analisis Akuntansi Pertukaran Aset Tetap yang Serupa
Untuk melakukan analisis tentang pertukaran aset tetap yang serupa, berkut disajikan data-data berikut:
Dari data-data tersebut, berikut ini disajikan analisis akuntansi pertukaran aset tetap yang serupa:
#1: Laba Pertukaran Aset Tetap
Untuk contoh kasus pertama ini, perusahaan memperoleh laba dalam pertukaran aset tetap.
Bagaimana perusahaan bisa memperoleh laba atas transaksi pertukaran aset tetap ini?
Hal ini biasanya terjadi karena Penyisihan pertukaran lebih besar daripada nilai buku aset tetap yang dipertukarkan
Perhatikan penjelasan berikut ini:
(a): Penyisihan pertukaran Rp 3.000.000, berasal dari kas yang dibayarkan:
= Rp 15.000.000 – Rp 3.000.000
= Rp 12.000.000
(b): Biaya aset tetap baru:
Harga katalog untuk aset baru yang diperoleh dikurangan laba yang tidak diakui:
= Rp 15.000.000 – (Rp 3.000.000 – Rp 2.400.000)
= Rp 14.400.000
atau
Kas yang dibayarkan ditambah nilai buku aset yang dipertukarkan:
= Rp 12.000.000 + Rp 2.400.000
= Rp 14.400.000
(c): Laba yang diakui: tidak ada
Sehingga pencatatan ayat jurnal akuntansimya adalah sebagai berikut:
#2: Rugi Pertukaran Aset Tetap
Untuk contoh kasus kedua ini adalah perusahaan mengalami kerugian pertukaran aset tetap.
Mengapa perusahaan bisa mengalami rugi dalam pertukran aset tetap?
Hal tersebut biasanya terjadi karena Penyisihan pertukaran lebih kecil daripada nilai buku aset tetap yang dipertukarkan
Perhatikan proses perhitungan dan pencatatan jurnal akuntansi kerugian pertukaran aset tetap berikut ini:
(a) : Penyisihan pertukaran Rp 2.000.000, berasal dari kas yang dibayarkan sebagai berikut:
= Rp 15.000.000 – Rp 2.000.000
= Rp 13.000.000
(b): Biaya aset tetap baru:
Harga katalog untuk aset baru yang diperoleh: Rp 15.000.000
(c): Rugi yang diakui: Rp 400.000
Maka pencatatan ayat jurnal akuntansi kerugian pertukran aset tertap tersebut adalah sebagai berikut:
***
Agar semakin jelas, saya sajikan lagi contoh berikut ini:
Perhatikan contoh soal tentang pertukaran aset tetap berikut ini:
Pada hari pertama tahun fiskal, sebuah truk pengiriman dengan harga katalog Rp 75.000.000.
Truk tersebut diperoleh dengan mempertukarkan truk pengiriman yang lama dan kas sebesar Rp 63.000.000.
Biaya truk yang lama adalah Rp 50.000.000 dengan akumulasi penyusutan sebesar Rp 39.500.000.
Jumlah biaya truk baru yang akan dicatat di Laporan Keuangan adalah:
Dan ayat jurnal untuk mencatat pertukaran tersebut adalah:
04: Kesimpulan
Perusahaan harus menerapkan aset manajemen yang baik dan benar untuk mengelola semua harta dan kekayaannya.
Tujuan pengelolaan aset-aset perusahaan adalah agar selalu siap dan optimal untuk mendukung operasional perusahaan, termasuk mengelola aset-aset perusahaan yang sudah tidak digunakan lagi atau habis masa ekonomisnya.
Bagaimana cara pencatatan aset beserta contoh-contohnya sudah dijelaskan di atas sehingga saya harap dapat membantu perusahaan dalam manajemen aset yang baik dan benar.
Demikian pembahasn topik tentang Aset Tetap yang dibuang, Laba Rugi pertukaran dan penjualan aset tetap serta analisa dan pencatatannya. Moga bermanfaat. Terima kasih
0 komentar:
Posting Komentar