Pesona Wisata Sorong Masjid Al- Akbar
Pesona wisata. Masjid Raya Al Akbar adalah sebuah masjid yang berada di kota Sorong Provinsi Papua Barat. Masjid ini terletak di tengah kota yang beralamat tepat di Jalan Ahmad Yani No 40 kota Sorong. Di komplek masjid ini juga terdapat ruang pertemuan yang bernama Al Akbar Convetion Center. Masjid ini merupakan masjid terbesar di Sorong dan selalu dipadati oleh jamaah Islam.
Bangunan masjid ini terdiri dari dua lantai yang dominan bercat warna putih dan hijau. Bentuk kubah di masjid ini sangat khas karena berbentuk kubah yang berlekuk lima. Masjid ini mempunyai dua menara di samping kiri kanannya untuk menambah nuansa masjid pada umumnya. Pesona wisata.
Pesona wisata. Alangkah nyamannya apabila anda mampir serta melaksanakan sholat di Masjid Al- Akbar ini, Mengkaji ilmu- ilmu islami dan berbagi tausyiah islami. Di masjid Al- Akbar ini merupan salah satu tempat dimana para jama’ah laki-laki melakukan sholat sunnah Jum’at.
Masjid ini merupakan yang terbesar di kawasan ini dan selalu dipadati oleh umat islam. Keberadaan Masjid Al Akbar di Sorong memang sangat terasa sekali manfaatnya. Tak hanya shalat fardu banyak kegiatan di lakukan di Masjid ini.
Wisata Religi di Kota Sorong
Pesona wisata. Kota Sorong adalah sebuah kota di Provinsi Papua Barat, Indonesia. Kota ini dikenal dengan sebutan Kota Minyak, di mana Nederlands Nieuw-Guinea Petroleum Maatschappij (NNGPM) mulai melakukan aktivitas pengeboran minyak bumi di Sorong sejak tahun 1935.
Kota Sorong sangatlah strategis karena merupakan pintu keluar masuk Provinsi Papua dan Kota Persinggahan. Kota Sorong juga merupakan Kota industri, perdagangan dan jasa, karena Kota Sorong dikelilingi oleh Kabupaten lain yang mempunyai Sumber Daya Alam yang sangat potensial sehingga membuka peluang bagi investor dalam maupun luar negeri untuk menanamkan modalnya.
Sosok Ketua Takmir Masjid Al-Akbar Sorong yang Megah
Pesona wisata. Bachtiar Paroki, dia adalah Ketua Takmir Masjid Ra Al Akbar Sorong. Sebagai masjid terbesar di Kota Sorong, tentu yang menjabat ketua takmir bukanlah orang sembarangan. Megah dan nyamannya Masjid AL- Akbar saat ini juga berkat buah pikirannya. Bahwa ketua takmir inilah yang menggagas pembuatan kubah terbesar dan termegah yang kini tampak mentereng di masjid AL-Akbar. Diakuinya, ide itu muncul dari buah pikirannya untuk menjadikan masjid megah dan membuat kebanggaan tersendiri bagi umat Islam di Kota Sorong.
Sebelumnya, ide kubah itu sempat diragukan beberapa orang yang menilai dengan ukuran besarnya tidak bisa benar-benar bundar. Namun untuk memastikan idenya sekaligus menjawab keraguan itu, bapak kelahiran 9 Agustus 1947 ini bahkan nekat memanjat hingga ke atap masjid untuk mendesain kubah tersebut. Keyakinan itu, karena Ia merasa sudah terbiasa bekerja dan mendesain bangunan. Pesona wisata.
Hasilnya, kini dapat dilihat kubah pun mentereng dan benar-benar sempurna Selain kubah hasil idenya itu, Masjid Al Akbar pun terus dibenahi dengan ruang yang kini kian luas serta halaman yang semakin asri.
Dalam kesehariannya, H. Bactiar Paroki merupakan sosok yang kalem dan ramah. Sikapnya yang murah senyum dan selalu akrab dengan siapa pun membuatnya mudah membaur dengan semua kalangan. Meski kini Ia dikenal sebagai kontraktor yang sukses namun Ia tetap rendah diri dan terbuka dengan siapa saja.
Pesona wisata. Suami dari Hj Suryana yang dikaruniai lima orang anak ini, bukanlah orang yang tiba-tiba hidup dengan segala kesuksesan. Bukan hanya dari sisi materi, pergaulan, juga dalam urusan ibadah. Kesuksesan itu pun diakuinya, didapat dengan penuh susah payah dan perjuangan yang tentunya memeras tenaga, pikiran juga kesabaran. Kakek yang sudah memiliki 9 orang cucu ini, mengawali perjuangan meraih kesuksesan pada tahun 1971 dengan merantau ke Papua. Sebelum ke Sorong, Ia sempat tinggal di Jayapura. Dan menurut ceritanya saat itu Ia harus tinggal di hutan demi mencari penghasilan.
Masjid Patimburak, Saksi Bisu Sejarah Islam di Papua Abad 19
Toni Victor M. Wanggaidalam disertasinya Rekonstruksi Islam Papua jugamelihat pengaruh kerajaan-kerajaan Islam yang berkuasa di kawasan Indonesia bagian timur saat itu yakni : Ternate, Tidore, Jailolo dan Bacan. Hal itu terlihat dari kehadiran Islam di Raja Ampat, situs Islam di Pulau Nusmawan, Kabupaten Teluk Bintuni dan lain sebagainya. Pesona wisata.
Kerajaan Bacan merupakan salah satu kerajaan Islam yang memiliki peran penting penyebaran Islam di Papua melalui jalur kekuasaan. Hal itu karena sejak abad ke-15. Andil Bacan terhadap awal masuknya Islam di Papua dilakukan Sultan Bacan melalui pengangkatan sejumlah tokoh local menjadi pemimpin-pemimpin di Biak. Mereka diberi berbagai gelar yang merupakan jabatan suatu daerah. Sejumlah nama jabatan tersebut sekarang dapat ditemukan dalam bentuk marga atau fam penduduk Biak Numfor.
Dari sumber-sumber barat diperoleh catatan bahwa pada tahun 1520 yaitu pada abad ke-16, Kerajaan Islam Bacan berhasil menguasai sejumlah daerah di Papua seperti Waigeo, Misool, Waigama dan Salawati (yang merupakan Suku Moi dalam rumpun Moi Maya) membuat mereka tunduk pada kekuasaan Sultan Bacan di Maluku sehingga dapat dipastikan masuknya pengaruh Islam di daerah-daerah tersebut. Bahkan melalui pengaruh sultan sendiri, sejumlah pemuka masyarakat di wilayah Papua tersebut, khususnya di daerah pesisir, memeluk agama Islam setelah sebelumnya menganut kepercayaan tradisi. Hal ini juga diakui oleh Thomas W. Arnold.
Pesona wisata. Peran Bacan terhadap masuknya Islam di Papua dikemukakan oleh WC. Klein. Dalam hal ini Klein menulis : “Pada tahun 1569 pemimpin-pemimpin Papua mengunjungi Kerajaan Bacan di mana dari kunjungan tersebut terbentuklah kerajaan-kerajaan).” Kerajaan-kerajaan yang di maksud itu adalah Kerajaan Raja Ampat, Kerajaan Raja Rumbati, Kerajaan Atiati dan Kerajaan Fatagar.
Selain menjelaskan peran Bacan terhadap masuknya Islam di Papua, Klein juga mengisyaratkan bahwa Islam diterima oleh masyarakat Papua pada tahun 1569, lebih dulu setengah abad dari tahun yang diketahui oleh Thomas W. Arnold. Dalam kehidupan ber masyarakat di Bumi Cenderawasih ini jarang terjadi pertentangan yang disebabkan permasalahan perbedaan keyakinan agama. Pesona wisata. Slogan adat ‘satu tungku tiga batu’ telah lama berkembang. Maksud slogan tersebut adalah kehidupan rakyat Papua ditopang oleh tiga agama yaitu Islam, Kristen dan Katholik. Tiga batu yang dimaksud adalah ketiga agama tersebut yang bersatu sehingga menopang tungku agar tidak timpang.
Dalam masyarakat juga berkembang seni sawatyaitu orkes musik dengan tetabuhan yang terdiri dari rebana, tifa, seruling dan gong kecil. Seni sawat tersebut pada masa lampau menjadi alat dakwah para da’i. Penduduk pribumi yang memutuskan menjadi muslim juga disambut dengan perayaan music sawat tersebt sampai hari ini. Tifa jelas musik asli Papua, sedangkan rebana dan seruling dibawa oleh para da’i muslim yang membawanya masuk ke Papua. Belakangan ini cara dakwah dengan sawat tersebut juga diadopsi oleh para missionaris Kristen asal Belanda di Papua. Namun kerukunan tetap terjaga di bumi Papua. Para da’i pun tidak berhenti berdakwah menjadi perantara rahmat Allah di Bumi Cendrawasih hingga hari ini.
0 komentar:
Posting Komentar